Wednesday, April 6, 2011

Movie Review : Battle Royale (Batoru Rowaiaru, 2000)






"Could you kill your Best Friend?"





Masa depan makin suram saja! ya, inilah gambaran yang bisa kita lihat dari visi beberapa filmmaker yang memfilmkan masa depan. Hal yang sama juga tergambar dalam postingan 20th Century Boys yang saya posting beberapa hari yang lalu, dan kali ini Battle Royale juga menggambarkan hal yang sama pula, Masa Depan keliatannya semakin suram. Walaupun cerita yang diusung Battle Royale dan 20th Century Boys masing-masing berbeda, namun masih memiliki kesamaan. Dan film-film ini sama-sama berasal dari Jepang, dan sekedar info, masih banyak sekali film-film dari Jepang khususnya yang memiliki visi yang tak jauh berbeda. Hmm, mungkinkah masa depan yang diprediksi akan semakin canggih justru begitu suram??

Jepang pada awal milenium tengah mengalami krisis dan benar-benar kacau. 15% persen penduduk tak dapat pekerjaan, yang berarti ada 10 juta pengangguran. Ada 800.000 siswa yang tak bersekolah, yang menyebabkan kenakalan remaja jadi memuncak. Hal ini berakibat pada hilangnya rasa kepercayaan Orang Dewasa pada para remaja dan takut pada remaja yang berpendidikan. Dan akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah program, Battle Royale Act : Survival Program. Battle Royale Act merupakan sebuah program yang diciptakan oleh pemerintah untuk "mengurangi" jumlah remaja. Dengan semakin berkurangnya jumlah para remaja, maka bisa dipastikan kekhawatiran orang dewasa akan berkurang.

Siapa yang bisa ikut dalam BR-Act? Tiap tahunnya akan dipilih sebuah kelas (III SMP) secara acak dari berbagai sekolah untuk ikut serta dalam program tersebut. Seluruh siswa akan dibawa kesebuah pulau terpencil dan HARUS ikut serta dalam permainan tersebut. Selama "permainan" berlangsung, peserta/siswa diharuskan untuk membunuh siswa lainnya agar bisa keluar dari program ini. Karena pada akhir permainan hanya ada satu siswa yang nantinya akan keluar sebagai pemenang, kalau ada lebih dari satu siswa yang selamat hingga hari ketiga, maka kalung yang ada dileher mereka akan meledak dan semua siswa mati. Lantas pertanyaan terbesar yang muncul dari setiap diri peserta adalah, bisakah mereka membunuh teman mereka sendiri?


Tahun ini, kelas yang terpilih adalah kelasnya Nanahara Shuya (Tatsuya Fujiwara), kelas III-B SMP Shiroiwa. Ketika sedang bertamasya, mereka semua dibius saat perjalanan dan ketika membuka mata, mereka semuanya telah berada dalam sebuah kelas di pulau terpencil lengkap dengan kalung di leher masing-masing. Sebelum program dimulai, Sang Guru, Kitano (Takeshi Kitano) pun menjelaskan tata-cata permainan, dan sebelum para siswa "dilepas" ke alam bebas, mereka akan dibekali oleh sebuah tas yang berisi makanan, dan senjata. Senjata yang ada didalam tas itu pun diberikan secara acak. Program dimulai tepat saat siswa pertama keluar dari kelas dan mencari tempat teraman si belantara pulau itu, dengan demikian perjuangan Nanahara dan teman-teman satu kelasnya pun dimulai.


Ide cerita yang diusung Battle Royale (Batoru Rowaiaru, バトル・ロワイアル) memang benar-benar berbeda. Entah apa yang ada dibenak Koushun Takami saat membuat novel yang menjadi inspirasi utama dalam pembuatan film ini. Pastinya, film ini benar-benar berbeda. Tak hanya mengusung kesan sadis, tapi Battle Royale juga mampu mengajak penontonnya untuk ikut kedalam timeline permainan yang menegangkan tapi tak ketinggalan unsur drama yang ada. Dan sang Sutradara, Kinki Fukasaku boleh dikatakan berhasil merangkul penontonnya agar merasakan sensasi tersebut. 

Ketegangan yang muncul sudah pasti didapatkan dari aksi kejar-kejaran, bunuh-bunuhan menggunakan pistol, clurit, parang, pedang, bom, dan lain sebagainya. Tapi apakah semuanya semudah yang terlihat? tentu saja tidak, membunuh bukanlah hal yang gampang layaknya anda makan, jadi beberapa siswa juga terlihat tidak mau membunuh karena tau hal itu merupakan sesuatu yang tabu dan berdosa. Disinilah letak konflik yang diramu oleh Sutradara yang berkolaborasi dengan penulisnya Kenta Fukasaku. Siswa yang terlihat ketakutan tidak mau membunuh, tapi karenan tuntutan mereka dengan terpaksa harus membunuh. Disisi lain, permainan ini menyebabkan suasana menjadi semakin panas dan menyebabkan kondisi semakin parah. Kesalahpahaman kecil bisa berakibat sangat fatal! Padahal kalau dipikir-pikir, jika sedari awal para siswa bekerja sama, mungkin mereka akan menemukan cara untuk bisa menyelesaikan permainan tanpa ada yang terbunuh. Namun apa mau dikata, di awal saja kondisi sudah tegang dan berakhir dengan terbunuhnya teman baik baik Nanahara, yang menyebabkan kondisi jadi semakin tak terkendali.


Walaupun ada sesuatu yang janggal, yaitu saat beberapa siswa terlihat begitu menikmati melakukan pembunuhan yang rasanya sangat tidak tidak pantas untuk dilakukan oleh siswa sekolah, paling tidak beberapa diantaranya memiliki latar belakang mengapa mereka begitu menikmati membunuh orang lain. Dan ekspresi para peminnya juga cukup meyakinkan. Perlu diketahui juga bahwa dari 42 orang siswa yang menjadi peserta, memang tidak semuanya akan melakukan bunuh-bunuhan. Karena tidak sanggup dalam menjalani permainan ini, ada juga yang melakukan bunuh diri! #spoiler. Momen-momen ini juga memberikan ruang bagi adrenalin untuk berhenti sejenak, karena sehabis adegan-adegan ini juga nantinya darah akan mengucur kembali melihat ketegangan yang ada.

Entah ini perasaan saya saja, atau memang dari sananya, Tatsuya Fujiwara yang memerankan peran Nanahara sepertinya kurang all-in dalam film ini, sebelumnya saya melihat aksinya dalam Death Note sebagai peran Light, dan kesan yang sama juga saya dapatkan darinya. Yah paling tidak aktingnya yang biasa saja itu bisa tertutup oleh Chiaki Kuriyama (Chigusa) yang sadis, Takashi Tsukamoto (Mimura), Masanobu Ando (Kiriyama), dan jangan lupakan aksi si Kitano Takeshi yang sebelumnya pernah kita lihat berwara-wiri sebagai Takeshi dalam acara Benteng Takeshi!

Disturbing moment while you watch this movie! #Spoiler (Drag mouse kalo pengen baca, bagi yang belum nonton bagusnya jangan baca!)

  • Saat Chigusa menikam-nikam area selangkangan salah satu siswa laki-laki, rasanya scene ini benar-benar mengganggu.
  • Ketika Kiriyama melempar potongan kepala manusia dengan bom yang melekat di mulut-nya dan, BOOM!
  • Dan banyak adegan-adegan berdarah lainnya!

Yah, sebagai akhir kata, film ini memang tak sesadis film-film Gore kebanyakan, tapi buat yang nggak suka film beraliran Thriller atau Gore, mendingan jangan nonton deh, karena film ini mendapat Rated-R! Walaupun apa yang terjadi ada di film ini sesuatu yang mustahil untuk saat ini, tapi tak ada yang tau kedepan nantinya. Tapi paling tidak, rasa kebersamaan bersama sahabat harus disyukuri bagi kita semua, tak lupa juga dengan hidup yang kita miliki saat ini!

4 comments :

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 

Subscribe to the Newsletter

Contact Me

Send an E-mail to : adhrdi@gmail.com

The Blogger